Jumat, 17 Juni 2016

Tugas IV

A.      Hubungan Interpersonal

1.       Model-model Hubungan Interpersonal
Hubungan interpersonal mempunyai 4 model yang diantaranya meliputi :
a.       Model pertukaran sosial (social exchange model).
Hubungan interpersonal diidentikan dengan suatu transaksi dagang. Orang berinteraksi karena mengharapkan sesuatu yang memenuhi kebutuhannya. Artinya dalam hubungan tersebut akan menghasilkan ganjaran (akibat positif) atau biaya (akibat negatif) serta hasil / laba (ganjaran dikurangi biaya).
b.      Model peranan (role model).
Hubungan interpersonal diartikan sebagai panggung sandiwara. Disini setiap orang memainkan peranannya sesuai naskah yang dibuat masyarakat. Hubungan akan dianggap baik bila individu bertindak sesuai ekspetasi peranan (role expectation), tuntutan peranan (role demands), memiliki ketrampilan (role skills) dan terhindar dari konflik peranan. Ekspetasi peranan mengacu pada kewajiban, tugas dan yang berkaitan dengan posisi tertentu, sedang tuntutan peranan adalah desakan sosial akan peran yang harus dijalankan. Sementara itu ketrampilan peranan adalah kemampuan memainkan peranan tertentu.
c.       Model permainan (games people play model).
Model menggunakan pendekatan analisis transaksional. Model ini menerangkan bahwa dalam berhubungan individu-individu terlibat dalam bermacam permaianan. Kepribadian dasar dalam permainan ini dibagi dalam 3 bagian yaitu :
a)       Kepribadian orang tua (aspek kepribadian yang merupakan asumsi dan perilaku yang diterima dari orang tua atau yang dianggap sebagi orang tua).
b)       Kepribadian orang dewasa (bagian kepribadian yang mengolah informasi secara rasional).
c)       Kepribadian anak (kepribadian yang diambil dari perasaan dan pengalaman kanak-kanak yang mengandung potensi intuisi, spontanitas, kreativitas dan kesenangan).
d)      4.     Model Interaksional (interacsional model).
e)      Model ini memandang hubungann interpersonal sebagai suatu sistem . Setiap sistem memiliki sifat struktural, integratif dan medan. Secara singkat model ini menggabungkan model pertukaran, peranan dan permainan.


2.           Memulai hubungan
Pembentukan kesan dan ketertarikan interpersonal dalam memulai hubungan:
Tahap ini sering disebut juga dengan tahap perkenalan. Beberapa peneliti telah menemukan hal-hal menarik dari proses perkenalan. Fase pertama, “fase kontak yang permulaan”, ditandai oleh usaha kedua belah pihak untuk menangkap informasi dari reaksi kawannya. Masing-masing pihak berusaha menggali secepatnya identitas, sikap dan nilai pihak yang lain. Bila mereka merasa ada kesamaan, mulailah dilakukan proses mengungkapkan diri. Pada tahap ini informasi yang dicari meliputi data demografis, usia, pekerjaan, tempat tinggal, keadaan keluarga dan sebagainya.
Menurut Charles R. Berger informasi pada tahap perkenalan dapat dikelompokkan pada tujuh kategori, yaitu:
1)   informasi demografis
2)   perilaku pada masa lalu
3)   sikap dan pendapat (tentang orang atau objek)
4)   orang lain
5)   rencana yang akan datang
6)   hobi dan minat
7)   kepribadian
Proses pembentukan kesan :
1.     Stereotyping
Seorang guru ketika menghadapi murid-muridnya yang bermacam-macam, ia akan mengelompokkan mereka pada konsep-konsep tertentu; cerdas, bodoh, cantik, jelek, rajin, atau malas. Penggunaan konsep ini menyederhanakan bergitu banyak stimuli yang diterimanya. Tetapi, begitu anak-anak ini diberi kategori cerdas, persepsi guru terhadapnya akan konsisten. Semua sifat anak cerdas akan dikenakan kepada mereka. Inilah yang disebut stereotyping.
Stereotyping ini juga menjalaskan terjadinya primacy effect dan halo effect yang sudah kita jelaskan dimuka. Primacy effect secara sederhana menunjukkan bahwa kesan pertama amat menentukan; karena kesan itulah yang menentukan kategori. Begitu pula, halo effect. Persona stimuli yang sudah kita senangi telah mempunyai kategori tertentu yang positif, dan pada kategori itu sudah disimpan semua sifat yang baik.
2.     Implicit Personality Theory
Memberikan kategori berarti membuat konsep. Konsep “makanan” mengelompokkan donat, pisang, nasi, dan biscuit dalam kategori yang sama. Konsep “bersahabat” meliputi konsep-konsep raman, suka menolong, toleran, tidak mencemooh dan sebagainya. Disini kita mempunya asumsi bahwa orang ramah pasti suka menolong, toleran, dan tidak akan mencemooh kita. Setiap orang mempunyai konsepsi tersendiri tentang sifat-sifat apa yang berkaitan dengan sifat-sifat apa. Konsepsi ini merupakan teori yang dipergunakan orang ketika membuat kesan tentang orang lain. Teori ini tidak pernah dinyatakan, kerena itu disebut implicit personality theory. Dalam kehidupan sehari-hari, kita semua psikolog, amatir, lengkap dengan berbagi teori kepribadian. Suatu hari anda menemukan pembantu anda sedang bersembahyang, anda menduga ia pasti jujur, saleh, bermoral tinggi. Teori anda belum tentu benar, sebab ada pengunjung masjid atau gereja yang tidak saleh dan tidak bermoral.
3.     Atribusi
Atribusi adalah proses menyimpulkan motif, maksud, dan karakteristik orang lain dengan melihat pada perilakunya yang tampak (Baron dan Byrne, 1979:56). Atribusi boleh juga ditujukan pada diri sendiri (self attribution), tetapi di sini kita hanya membicarakan atribusi pada orang lain. Atribusi merupakan masalah yang cukup poupuler pada dasawarsa terakhir di kalangan psikologi sosial, dan agak menggeser fokus pembentukan dan perubahan sikap. Secar garis besar ada dua macam atribusi: atribusi kausalitas dan atribusi kejujuran.
Fritz Heider (1958) adalah yang pertama menelaah atribusi kausalitas. Menurut Heider, bila kita mengamati perilaku sosial, pertama-tama kita menentukan dahulu apa yang menyebabkannya; factor situasional atau personal; dalam teori atribusi lazim disebut kausalitas eksternal dan kausalitas internal (Jones dan Nisbett, 1972).
Sekarang bagaimana kita dapat menyimpulkan bahwa persona stimuli jujur atau munafik (atribusi kejujuran-attribution of honesty)? Menurut Robert A. Baron dan Donn Byrne (1979:70-71), kita akan memperhatikan dua hal: (1) sejauh mana pernyataan orang itu menyimpang dari pendapat yang popular dan diterima orang, (2) sejauh mana orang itu memperoleh keuntungan dari kita dengan pernyataan itu.

3.       Hubungan Peran
Dalam suatu hubungan juga perlu adanya companionate love, passionate love dan intimacy love. Karena apabila kurang salah satu saja di dalam suatu hubungan atau mungkin hanya salah satu di antara ketiganya itu di dalam suatu hubungan maka yang akan terjadi adalah hubungan tersebut tidak akan berjalan dengan langgeng atau awet, justru sebaliknya setiap pasangan tidak merasakan kenyamanan dari pasangannya tersebut sehingga yang terjadi adalah hubungan tersebut bubar dan tidak akan ada lagi harapan untuk membangun hubungan yang harmonis dan langgeng.
Komunikasi yang selalu terjaga, kepercayaan, kejujuran dan saling terbuka pun menjadi modal yang cukup untuk membina hubungan yang harmonis. Maka jangan kaget apabila komunikasi kita dengan pasangan tidak berjalan dengan mulus atau selalu terjaga bisa jadi hubungan kita akan terancam bubar atau hancur. Tentu saja itu akan menyakitkan hati kita dan setiap pasangan di dunia ini pun tidak pernah menginginkan hal berikut.

4.          Intimasi dan Hubungan Pribadi
Pendapat beberapa ahli mengenai intimasi, di antara lain yaitu :
a)   Shadily dan Echols (1990) mengartikan intimasi sebagai kelekatan yang kuat yang didasarkan oleh saling percaya dan kekeluargaan.
b)   Sullivan (Prager, 1995) mendefinisikan intimasi sebagai bentuk tingkah laku penyesuaian seseorang untuk mengekspresikan akan kebutuhannya terhadap orang lain.
c)   Steinberg (1993) berpendapat bahwa suatu hubungan intim adalah sebuah ikatan emosional antara dua individu yang didasari oleh kesejahteraan satu sama lain, keinginan untuk memperlihatkan pribadi masing-masing yang terkadang lebih bersifat sensitif serta saling berbagi kegemaran dan aktivitas yang sama.
d)   Levinger & Snoek (Brernstein dkk, 1988) merupakan suatu bentuk hubungan yang berkembang dari suatu hubungan yang bersifat timbal balik antara dua individu. Keduanya saling berbagi pengalaman dan informasi, bukan saja pada hal-hal yang berkaitan dengan fakta-fakta umum yang terjadi di sekeliling mereka, tetapi lebih bersifat pribadi seperti berbagi pengalaman hidup, keyakinan-keyakinan, pilihan-pilihan, tujuan dan filosofi dalam hidup. Pada tahap ini akan terbentuk perasaan atau keinginan untuk menyayangi, memperdulikan, dan merasa bertangung jawab terhadap hal-hal tertentu yang terjadi pada orang yang dekat dengannya.
e)   Atwater (1983) mengemukakan bahwa intimasi mengarah pada suatu hubungan yang bersifat informal, hubungan kehangatan antara dua orang yang diakibatkan oleh persatuan yang lama. Intimasi mengarah pada keterbukaan pribadi dengan orang lain, saling berbagi pikiran dan perasaan mereka yang terdalam. Intimasi semacam ini membutuhkan komunikasi yang penuh makna untuk mengetahui dengan pasti apa yang dibagi bersama dan memperkuat ikatan yang telah terjalin. Hal tersebut dapat terwujud melalui saling berbagi dan membuka diri, saling menerima dan menghormati, serta kemampuan untuk merespon kebutuhan orang lain (Harvey dan Omarzu dalam Papalia dkk, 2001).


2. Cinta dan Perkawinan

A.    Memilih Pasangan
Memilih pasangan hidup yang tepat merupakan salah satu hal terpenting dalam hidup, dengan mempertimbangkan berbagai aspek dan berbagai faktor kriteria pemilihan harus dihitung secara matang-matang, menikah bukan sekedar hubungan di ranjang saja tapi lebih komplek tentang bagaimana anda mempertangung jawabkan nasib keluarga anda.Ketika seseorang memutuskan ingin menikah, pasti bermimpi akan melangsungkanya sekali seumur hidup, dan akan selalu bersama dengan orang tersebut yang telah menjadi pilihannya.
Masa pacaran, salah satu upaya untuk menemukan pasangan hidup yang tepat. Pacaran yang baik itu tidak melakukan apa saja yang hanya boleh dilakukan oleh pasangan yang sudah menikah sebelum mereka minikah. Melakukan tindakan yang tidak semestinya justru akan berdampak buruk pada hubungan kalian nantinya.
Berikut beberapa patokan yang bisa anda terapkan untuk memilih calon pasangan hidup yang baik :
1.    Saling Jujur.
Tidak ada satu orang pun yang senang dibohongi. Jadi pilihlah seseorang yang bisa dipegang kata-katanya. Anda akan dibuat pusing bukan main jika seseorang anda pilih adalah orang yang tidak jujur dan bahkan akan berpengaruh pada kesetiaannya.
2.    Cinta dan Kesetiaan.
Seseorang yang setia akan selalu mencintai dan menyayangi anda, selalu berada mendampingi anda kondisi apapun. Cinta menjadi hal yang sangat penting, karena cinta adalah modal dasar dari sebuah hubungan suami istri yang baik.
3.    Penampilan Menarik.
Carilah seseorang yang dari ciri fisik anda suka, menarik tidak harus selalu cantik, tampan, seksi, manis dan sebagainya, tapi yang tidak membuat anda membencinya ketika anda melihatnya. Coba anda amati untuk beberapa saat kedepan, apakah seseorang tersebut dapat membuat anda bhagia saat memandang wajahnya?. Atau tidak?, simak cara make up yang natural.
4.    Taat Ibadah.
Sangat  penting bagi masa depan keluarga anda, ketika nantinya anda sudah dikaruniai buah hati. Dengan kolaborasi anda dan pasangan anda sebagai pasangan yang taat beribadah tentu berharap untuk dapat mendidik anak-anak anda dengan baik, adakah orang tua yang ingin putra-putri mereka menjadi insan yang tidak baik dan lalai beribadah?. Tentu tidak. Jadi pilihlah seseorang yang taat beribadah yang bisa mempengaruhi anda dan keluarga anda nantinya untuk beribadah lebih baik lagi.
5.    Pandai atau Pintar.
Carilah seseorang pintar yang mampu memanejemen keluarga anda dengan baik nantinya. Seseorang pintar akan pandai menempatkan posisi dirinya di keluarga dan selalu tanggap dengan keadaan anda, ketika anda memerlukan sedikit bantuan maka dia akan datang menawarkan diri ntuk membantu. Jadi anda tidak akan di buat repot dengan kehadirannya, dan akan semakin nyaman dengan kehidupan berumah tangga anda.
6.    Tidak Materialistis.
Sebanyak apapun uang yang anda dan pasangan anda dapatkan, tidak akan cukup bila harus menghidupi kehidupan rumah tangga anda dimana ada salah satu dari anda dan/atau pasangan anda yang materialistis. Apabila anda dan/atau pasangan anda tidak sanggup lagi memenuhi kebutuhan dari si materialistis, bisa-bisa rumah tangga anda akan berantakan dan di tinggalkan.
7.    Emosi Stabil Rendah.
Seseorang yang murah senyum, lemah lembut, tidak suka marah dan tidak mudah stres menghadapi problema dan dinamika hidup akan menjadi pasangan yang baik. Sebelum memutuskan untuk menikah, sebaiknya anda amati calon pilihan anda selama masa pacaran, tentang emosi, sikap dan perilakunya. Jika calon pilihan anda tersebut gampang sekali untuk marah bahkan sampi meledak-ledak dan tidak bisa diredam sebaiknya tinggalkan saja.
8.    Dapat Menghibur.
Pasangan yang baik adalah seseorang yang bisa menghibur anda di saat suka dan duka dalam berbagai kondisi baik terhadap pasangan merka maupun terhadap anak-anak mereka.
9.    Sehat Jasmani Dan Rohani.
Pilihlah seseorang yang sehat dari segi fisik dan mental, pilih yang sehat, cerah, gesit, kuat, dan tidak mudah sakit. Dari segi kesuburan pun juga penting jika anda ingin memiliki keturunan, jika belum yakin maka sebaiknya anda melakukan pemeriksaan kesehatan berdua saat pranikah. Perhatikan pula keluarganya apakah ada yang memiliki riwayat penyakit yang dapat menurun dan bisa berakibat fatal, terkadang suatu penyakit dapat diturunkan ke anak atau cucu.
10. Dapat Dikontrol Dan Mengontrol.
Saat calon pasangan anda melakukan tindakan yang tidak sesuai dengan apa yang anda inginkan, katakan dengan baik tanpa emosi. Katakan bahwa dia bisa melakukan apa yang anda inginkan dan ungkapkan juga alasannya. Begitu pula sebaliknya, dia pun bisa melakukan hal yang sama. Tentu saja hal ini diperlukan adanya kesamaan tingkatan atau derajat dimana masing-masing pasangan sama-sama dalam satu team kepemimpinan yang solid. Untuk mendapatkan seseorang dengan tipe ini, biasanya usianya tidak terpaut jauh dengan anda dan kepintarannya pun hampir sama dengan anda.
11. Persetujuan Orang Tua, Keluarga, Teman dan Sebagainya.
Saat ingin memutuskan menikah, sudah pasti harus ada dukungan dari orang-orang disekitar anda, seperti orang tua, mertua, teman, kerabat, saudara, teman, tetangga, teman kantor dan lain-lain. Pernikahan yang emosional tanpa dukungan orang dekat dapat berdampak buruk bagi hubungan di masa mendatang. Yang jelas jika belum mendapat persetujuan, anda harus dapat berbicara dengan baik untuk membela argumentasi anda.

B.    Hubungan dalam Perkawinan
Pendapat Dawn J. Lipthrott, LCSW, seorang psikoterapis dan juga marriage and relationship educator and coach, dia mengatakan bahwa ada lima tahap perkembangan dalam kehidupan perkawinan. Hubungan dalam pernikahan bisa berkembang dalam tahapan yang bisa diduga sebelumnya. Namun perubahan dari satu tahap ke tahap berikut memang tidak terjadi secara mencolok dan tak memiliki patokan batas waktu yang pasti.  Bisa jadi antara pasangan suami-istri, yang satu dengan yang lain, memiliki waktu berbeda saat menghadapi dan melalui tahapannya. Namun anda dan pasangan dapat saling merasakannya.
·         Tahap pertama : Romantic Love. Saat ini adalah saat Anda dan pasangan merasakan gelora cinta yang menggebu-gebu. Ini terjadi di saat bulan madu pernikahan. Anda dan pasangan pada tahap ini selalu melakukan kegiatan bersama-sama dalam situasi romantis dan penuh cinta.
·         Tahap kedua : Dissapointment or Distress. Masih menurut Dawn, di tahap ini pasangan suami istri kerap saling menyalahkan, memiliki rasa marah dan kecewa pada pasangan, berusaha menang atau lebih benar dari pasangannya. Terkadang salah satu dari pasangan yang mengalami hal ini berusaha untuk mengalihkan perasaan stres yang memuncak dengan menjalin hubungan dengan orang lain, mencurahkan perhatian ke pekerjaan, anak atau hal lain sepanjang sesuai dengan minat dan kebutuhan masing-masing. Menurut Dawn tahapan ini bisa membawa pasangan suami-istri ke situasi yang tak tertahankan lagi terhadap hubungan dengan pasangannya.  Banyak pasangan di tahap ini memilih berpisah dengan pasangannya.
·         Tahap ketiga : Knowledge and Awareness. Dawn mengungkapkan bahwa pasangan suami istri yang sampai pada tahap ini akan lebih memahami bagaimana posisi dan diri pasangannya. Pasangan ini juga sibuk  menggali informasi tentang bagaimana kebahagiaan pernikahan itu terjadi. Menurut Dawn juga, pasangan yang sampai di tahap ini biasanya senang untuk meminta kiat-kiat kebahagiaan rumah tangga kepada pasangan lain yang lebih tua atau mengikuti seminar-seminar dan konsultasi perkawinan.
·         Tahap keempat : Transformation. Suami istri di tahap ini akan mencoba tingkah laku  yang berkenan di hati pasangannya. Anda akan membuktikan untuk menjadi pasangan yang tepat bagi pasangan Anda. Dalam tahap ini sudah berkembang sebuah pemahaman yang menyeluruh antara Anda dan pasangan dalam mensikapi perbedaan yang terjadi. Saat itu, Anda dan pasangan akan saling menunjukkan penghargaan, empati dan ketulusan untuk mengembangkan kehidupan perkawinan yang nyaman dan tentram.
·         Tahap kelima :  Real Love. “Anda berdua akan kembali dipenuhi dengan keceriaan, kemesraan, keintiman, kebahagiaan, dan kebersamaan dengan pasangan,” ujar Dawn.  Psikoterapis ini menjelaskan pula bahwa waktu yang dimiliki oleh pasangan suami istri seolah digunakan untuk saling memberikan perhatian satu sama lain. Suami dan istri semakin menghayati cinta kasih pasangannya sebagai realitas yang menetap. “Real love sangatlah mungkin untuk Anda dan pasangan jika Anda berdua memiliki keinginan untuk mewujudkannya. Real love tidak bisa terjadi dengan sendirinya tanpa adanya usaha Anda berdua,” ingat Dawn.
Lebih lanjut Dawn menyarankan pula, “Jangan hancurkan hubungan pernikahan Anda dan pasangan hanya karena merasa tak sesuai atau sulit memahami pasangan. Anda hanya perlu sabar menjalani dan mengulang tahap perkembangan dalam pernikahan ini. Jadikanlah kelanggengan pernikahan Anda berdua sebagai suatu hadiah berharga bagi diri sendiri, pasangan, dan juga anak.
Ketika pasangan (suami/istri) kedapatan beberapa kali bersikap kurang baik, anggap lah ini sebuah ladang amal sabar. Dan jangan sekali-kali berfikir bahwa hasil dari istikharah ternyata gagal ketika suatu hari merasa sedikit kesal mendapati kelakukan pasangan Anda sikapnya kurang baik, harusnya tetap lah berfikir bahwa dia memang pilihan terbaik yang Alloh pilihkan.
Ketika keadaannya seperti itu tadi, yang menjadi tantangan untuk Anda lakukan adalah menunjukan sikap yang lebih baik dari dia, agar Anda menjadi contoh kebaikan untuknya, karena tidak selesai hanya berharap saja dia harus lebih baik dari Anda, tetapi kita harus melakukan sesuatu untuk menjadi jalan perubahan untuknya. Karena bisa jadi begini, sekarang memang pasangan Anda belum baik, tapi yakin lah bahwa suatu saat dia akan lebih baik dari Anda, kontribusi motivasi dari Anda diperlukan juga untuknya.
Terjadinya sebuah Ikatan tali pernikahan, tidak berarti semuanya menjadi serba cocok, serba lancar dan jauh dari Masalah. Tidaklah begitu adanya, ada baiknya kita perlu berfikir begini: "dia bukan aku dan aku bukan dia, aku adalah aku begitu pun dia! tapi aku adalah bagian dari dia dan dia bagian dari aku. Karena aku Mencintainya, jadi aku harus bisa memakluminya dan berusaha untuk terus bersikap baik, lebih baik darinya hingga sikapku bisa menjadi contoh kebaikan untuknya."

C.    Penyesuaian dan Pertumbuhan dalam Perkawinan
Kehidupan perkawinan tidak selalu statis, tetapi adalah suatu masa dalam hidup dimana pertumbuhan dan perkembangan perkawinan itu sendiri terjadi melalui suatu proses, pengalaman-pengalaman serta penyesuaian perkawinan. Ketidakmampuan suami atau istri untuk segera menyesuaikan diri dalam perkawinan dapat mengakibatkan hancurnya rumah tangga, yang diakhiri dengan perceraian. Menurut Goleman ( 1997: 58-59) kecerdasan emosional berperan dalam kesuksesan hidup perkawinan seseorang. Kecerdasan emosional merupakan kemampuan individu untuk dapat mengenali emosi diri, mengelola emosi, memotivasi diri sendiri, berempati pada oranglain, serta membina hubungan yang baik dengan oranglain. Berdasarkan asumsi bahwa kecerdasan emosional berpengaruh terhadap penyesuaian diri dalam perkawinan, maka dilakukan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri dalam perkawinan pada suami dan istri usia dewasa awal. Subjek yang digunakan dalam penelitian ini adalah laki-laki (n=44) dan perempuan (n=44) yang terlibat dalam kebaktian Dewasa Muda Bethany Manyar Surabaya yang sudah menikah, berusia antara 18-40 tahun, usia perkawinan antara 0-10 tahun, dan pendidikan minimal SMA. Seluruh populasi yang ada diambil sebagai subjek penelitian. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah angket, dan data yang diperoleh dianalisis dengan korelasi product moment dari Pearson. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara kecerdasan emosional dengan penyesuaian diri dalam perkawinan pada suami, rxy = 0,658, p = 0,000 (p<0,05) dan juga pada istri, rxy = 0,491 dengan p = 0,001 (p<0,05). Hal tersebut berarti makin tinggi kecerdasan emosional yang dimiliki oleh subjek, makin tinggi penyesuaian dirinya dalam perkawinan dan sebaliknya, makin rendah kecerdasan emosional yang dimiliki oleh subjek, maka penyesuaian dirinya dalam perkawinan makin rendah. Hal ini sesuai dengan pendapat Goleman ( 1997: 203-204) apabila pasangan suami istri yang memiliki kecerdasan emosional tinggi, maka ketika terjadi konflik pasangan suami istri tersebut berusaha untuk menyelesaikan bersama kemudian mencari jalan keluarnya, tidak berusaha untuk mengkritik pasangannya apalagi sampai menghina kelemahan dari pasangannya, selalu berusaha menghargai dan memahami pasangannya, tidak berusaha untuk saling menyakiti perasaan masing-masing dan menjalin hubungan yang hangat baik terhadap pasangan maupun terhadap anggota keluarga yang lain. Situasi ini rupanya yang pada akhirnya membantu proses penyesuaian diri dalam perkawinan

D.    Perceraian dan Pernikahan Kembali
Pernikahan bukanlah akhir kisah indah bak dongeng cinderella, namun dalam perjalanannya, pernikahan justru banyak menemui masalah. Menikah Kembali setelah perceraian mungkin menjadi keputusan yang membingungkan untuk diambil. Karena orang akan mencoba untuk menghindari semua kesalahan yang terjadi dalam perkawinan sebelumnya dan mereka tidak yakin mereka bisa memperbaiki masalah yang dialami. Mereka biasanya kurang percaya dalam diri mereka untuk memimpin pernikahan yang berhasil karena kegagalan lama menghantui mereka dan membuat mereka ragu-ragu untuk mengambil keputusan.

E.    Alternatif Selain Pernikahan
Mengapa ada pernikahan?...karena kita ingin terikat dengan individu lain agar hidup kita lebih dalam dan bermakna daripada cara hidup independen dan bebas yang pernah kita jalani. Namun ada juga beberapa orang yang memutuskan untuk tidak memiliki pasangan. Mungkin mereka beranggapan bahwa ketika kehidupan itu kita jalani dengan pasangan akan terasa sulit karena menemukan berbagai persoalan yang nantinya kemungkinan bisa saja kita hadapi. Akan tetapi hakikatnya menikah itu adalah ibadah. Hidup akan lebih indah melalui segala bentuk kehidupan bersama pasangan. Seseorang yang memutuskan untuk sendiri (single life) bisa saja disebabkan karena traumatik tersendiri yang pernah mereka rasakan sehingga membuatnya untuk tidak berani lagi memulai hidup secara bersama. Pengalaman memang berperan penting dalam kelangsungan hidup seseorang. Ia bisa mengubahnya menjadi lebih kuat namun tidak sedikit yang lemah karenanya. Membuat seseorang takut memulai, namun juga menimbulkan arti yang mendalam.

3. Pekerjaan dan Waktu Luang
Ketika berbicara tentang memilih pekerjaan yang cocok, mungkin setiap orang akan memikirkan hal yang idealis dalam keinginan akan pekerjaannya nanti. Seperti gaji yang sangat memadai, fasilitas pekerjaan yang mewah, penghargaan dari atasan dan lain-lain.
Namun dapat dikatakan bahwa setiap orang yang baru akan memasuki dunia kerja sadar akan satu hal, bahwa mereka harus mencari kemampuan yang dibutuhkan oleh pencari kerja. Suatu kemampuan dasar yang bisa saja bersifat universal atau setiap pekerjaan dapat membutuhkannya.
Secara garis besar karakteristik pribadi saya adalah orang yang santai, serius dan memperhatikan hal detail juga menjunjung tinggi estetika. Jika digabungkan dalam hal memilih pekerjaan maka sebenarnya saya lebih suka berada di luar ruangan. Jika berada dalam ruangan saya lebih suka pada pekerjaan yang membutuhkan banyak imajinasi dalam keutamaannya.

Waktu Luang Yang Positif
Saya banyak mempunyai teman-teman yang kreatif dan otodidak dalam bermusik dan editing video. Ketika saya bersama mereka saya senang mengikuti kegiatan dan aktivitas yang mereka lakukan, dan saya ikut terjerumus dalam hal tersebut. Saya merasa menjadi bagian dalam kegiatan mereka. Menuangkan ide secara bersama dan membuatnya terlihat lebih indah ketika sudah selesai.

Berbeda ketika saya sendirian, saya lebih banyak menghabiskan waktu luang dengan mendengarkan musik atau membaca novel atau pun buku yang berada di kamar saya.

Daftar Pustaka

Tidak ada komentar:

Posting Komentar