Penyesuaian Diri dan Pertumbuhan
A. Penyesuaian Diri
Penyesuaian diri dalam bahasa aslinya dikenal dengan istilah
adjustment atau personal adjustment. Schneiders berpendapat bahwa penyesuaian
diri dapat ditinjau dari tiga sudut pandang, yaitu: penyesuaian diri sebagai
adaptasi (adaptation), penyesuaian diri sebagai bentuk konformitas
(conformity), dan penyesuaian diri sebagai usaha penguasaan (mastery)
Pada mulanya penyesuaian diri diartikan sama dengan adaptasi
(adaptation), padahal adaptasi ini pada umumnya lebih mengarah pada penyesuaian
diri dalam arti fisik, fisiologis, atau biologis. Misalnya, seseorang yang
pindah tempat dari daerah panas ke daerah dingin harus beradaptasi dengan iklim
yang berlaku di daerah dingin tersebut.
Ada juga penyesuaian diri diartikan sama dengan penyesuaian
yang mencakup konformitas terhadap suatu norma. Pemaknaan penyesuaian diri
seperti ini pun terlalu banyak membawa akibat lain.
Dengan memaknai penyesuaian diri sebagai usaha konformitas,
menyiratkan bahwa di sana individu seakan-akan mendapattekanan kuat untuk harus
selalu mampu menghindarkan diri dari penyimpangan perilaku, baiksecara moral,
sosial, maupun emosional.
Sudut pandang berikutnya adalah bahwa penyesuaian diri
dimaknai sebagai usaha penguasaan (mastery), yaitu kemampuan untuk merencanakan
dan mengorganisasikan respons dalam cara-cara tertentu sehingga
konflik-konflik, kesulitan, dan frustrasi tidak terjadi.
Aspek-aspek Penyesuaian Diri
Menurut Fromm dan Gilmore (dalam Desmita, 2009:195) ada
empat aspek kepribadian dalam penyesuaian diri yang sehat antara lain :
a. Kematangan emosional, yang mencakup aspek-aspek :
· Kemantapan
suasana kehidupan emosional
· Kemantapan
suasana kehidupan kebersamaan dengan orang lain
· Kemampuan
untuk santai, gembira dan menyatakan kejengkelan
· Sikap dan
perasaan terhadap kemampuan dan kenyataan diri sendiri
b. Kematangan intelektual, yang mencakup aspek-aspek :
· Kemampuan
mencapai wawasan diri sendiri
· Kemampuan
memahami orang lain dan keragamannya
· Kemampuan
mengambil keputusan
· Keterbukaan
dalam mengenal lingkungan
c. Kematangan sosial, yang mencakup aspek-aspek :
· Keterlibatan
dalam partisipasi sosial
· Kesediaan
kerjasama
· Kemampuan
kepemimpinan
· Sikap
toleransi
d. Tanggung jawab, yang mencakup aspek-aspek :
· Sikap produktif
dalam mengembangkan diri
· Melakukan
perencanaan dan melaksanakannya secara fleksibel
· Sikap
empati, bersahabat dalam hubungan interpersonal
· Kesadaran akan
etika dan hidup jujur
B. Pertumbuhan
Personal
1. Penekanan
Pertumbuhan, Penyesuaian Diri, dan Pertumbuhan
Pertumbuhan adalah perubahan secara fisiologis sebagai hasil
dariproses pematangan fungsi-fungsi fisik yang berlangsung secara normal
padaanak yang sehat pada waktu yang normal. Pertumbuhan dapat juga
diartikansebagai proses transmisi dari konstitusi fisik (keadaan tubuh atau
keadaan jasmaniah) yang herediter dalam bentuk proses aktif
secaraberkesinambungan. Jadi, pertumbuhan berkaitan dengan perubahan
kuantitatifyang menyangkut peningkatan ukuran dan struktur biologis.
Secara umum konsep perkembangan dikemukakan oleh Werner
(1957)bahwa perkembangan berjalan dengan prinsip orthogenetis, perkembangan
berlangsung dari keadaan global dan kurang berdiferensiasi sampai keadaan di
mana diferensiasi, artikulasi, dan integrasi meningkat secara bertahap. Proses
diferensiasi diartikan sebagai prinsip totalitas pada diri anak. Dari
penghayatan totalitas itu lambat laun bagian-bagiannya akan menjadi semakin nyata
dan bertambah jelas dalam kerangka keseluruhan.
2. Variasi dalam
Pertumbuhan
Tidak selamanya individu berhasil dalam melakukan
penyesuaian diri, karena kadang-kadang ada rintangan-rintangan tertentu yang
menyebabkan tidak berhasil melakukan penyesuaian diri. Rintangan-rintangan itu
mungkin terdapat dalam dirinya atau mungkin diluar dirinya.
3. Kondisi-kondisi
untuk Pertumbuhan
Kondisi jasmaniah seperti pembawa dan strukrur atau
konstitusi fisik dan temperamen sebagai disposisi yang diwariskan, aspek
perkembanganya secara intrinsik berkaitan erat dengan susunan atau konstitusi
tubuh. Shekdon mengemukakan bahwa terdapat kolerasi yang tinggi antara
tipe-tipe bentuk tubuh dan tipe-tipe tempramen (Surya, 1977). Misalnya orang
yang tergolong ekstomorf yaitu yang ototnya lemah, tubuhnya rapuh, ditandai
dengan sifat-sifat menahan diri, segan dalam aktivitas sosial, dan pemilu.
Karena struktur jasmaniah merupakan kondisi primer bagi tingkah laku maka dapat
diperkirakan bahwa sistem saraf, kelenjar, dan otot merupakan faktor yang
penting bagi proses penyesuaian diri. Beberapa penelitian menunjukan bahwa
gangguan dalam sisitem saraf, kelenjar, dan otot dapat menimbulkan
gejala-gejala gangguan mental, tingkah laku, dan kepribadian. Dengan demikian,
kondisi sistem tubuh yang baik merupakan syaraf bagi tercapainya proses
penyesuaian diri yang baik. Disamping itu, kesehatan dan penyakit jasmaniah
juga berhubungan dengan penyesuaian diri, kualitas penyesuaian diri yang baik
hanya dapat diperoleh dan dipelihara dalam kondisi kesehatan jasmaniah yang
baik pula. Ini berarti bahwa gangguan penyakit jasmaniah yang diderita oleh
seseorang akan mengganggu proses penyesuaian dirinya.
4. Fenomenologi
Pertumbuhan
Fenomenologi memandangmanusia hidup dalam dunia kehidupan
yang dipersepsikan dan diintepretasi secara subjektif. Setiap individu
mengalami dunia dengan caranya sendiri. Alam pengalaman setiap individu berbeda
dari alam pengalaman orang lain. Bouwer, 1983 : 14 menyatakan bahwa
fenomenologi banyak mempengaruhi tulisan – tulisan Roger yang biasa disebut
sebagai Bapak Psikologi Humanistik.
STRESS
A. Pengertian Stress
Stress adalah bentuk ketegangan dari fisik, psikis, emosi
maupun mental. Bentuk ketegangan ini mempengaruhi kinerja keseharian seseorang.
Bahkan stress dapat membuat produktivitas menurun, rasa sakit dan
gangguan-gangguan mental. Pada dasarnya, stress adalah sebuah bentuk
ketegangan, baik fisik maupun mental. Sumber stress disebut dengan stressor dan
ketegangan yang di akibatkan karena stress, disebut strain.
Stres dalam arti secara umum adalah perasaan tertekan, cemas
dan tegang. Dalam bahasa sehari – hari stres di kenal sebagai stimulus atau
respon yang menuntut individu untuk melakukan penyesuaian. Menurut Lazarus
& Folkman (1986) stres adalah keadaan internal yang dapat diakibatkan oleh
tuntutan fisik dari tubuh atau kondisi lingkungan dan sosial yang dinilai
potensial membahayakan, tidak terkendali atau melebihi kemampuan individu untuk
mengatasinya. Stres juga adalah suatu keadaan tertekan, baik secara fisik
maupun psikologis ( Chapplin, 1999).
Stres juga diterangkan sebagai suatu istilah yang digunakan
dalam ilmu perilaku dan ilmu alam untuk mengindikasikan situasi atau kondisi
fisik, biologis dan psikologis organisme yang memberikan tekanan kepada organisme
itu sehingga ia berada diatas ambang batas kekuatan adaptifnya. (McGrath, dan Wedford
dalam Arend dkk, 1997).
Menurut Lazarus & Folkman (1986) stres memiliki memiliki
tiga bentuk yaitu:
1. Stimulus, yaitu stres merupakan kondisi atau kejadian
tertentu yang menimbulkan stres atau disebut juga dengan stressor.
2. Respon, yaitu stres yang merupakan suatu respon atau
reaksi individu yang muncul karena adanya situasi tertentu yang menimbulkan
stres. Respon yang muncul dapat secara psikologis, seperti: jantung berdebar,
gemetar, pusing, serta respon psikologis seperti: takut, cemas, sulit
berkonsentrasi, dan mudah tersinggung.
3. Proses, yaitu stres digambarkan sebagai suatu proses
dimana individu secara aktif dapat mempengaruhi dampak stres melalui strategi
tingkah laku, kognisi maupun afeksi.
Rice (2002) mengatakan bahwa stres adalah suatu kejadian
atau stimulus lingkungan yang menyebabkan individu merasa tegang. Atkinson
(2000) mengemukakan bahwa stres mengacu pada peristiwa yang dirasakan membahayakan
kesejahteraan fisik dan psikologis seseorang. Situasi ini disebut sebagai
penyebab stres dan reaksi individu terhadap situasi stres ini sebagai respon
stres.
Berdasarkan berbagai penjelasan diatas dapat disimpulkan
bahwa stres merupakan suatu keadaan yang menekan diri individu. Stres merupakan
mekanisme yang kompleks dan menghasilkan respon yang saling terkait baik
fisiologis, psikologis, maupun perilaku pada individu yang mengalaminya, dimana
mekanisme tersebut bersifat individual yang sifatnya berbeda antara individu
yang satu dengan individu yang lain.
Menurut Robbins (2001) stress juga dapat diartikan sebagai
suatu kondisi yang menekan keadaan psikis seseorang dalam mencapai suatu
kesempatan dimana untuk mencapai kesempatan tersebut terdapat batasan atau
penghalang. Dan apabila pengertian stress dikaitkan dengan penelitian ini maka
stress itu sendiri adalah suatu kondisi yang mempengaruhi keadaan fisik atau
psikis seseorang karena adanya tekanan dari dalam ataupun dari luar diri
seseorang yang dapat mengganggu pelaksanaan kerja mereka.
Menurut Woolfolk dan Richardson (1979) menyatakan bahwa
adanya system kognitif, apresiasi stress menyebabkan segala peristiwa yang
terjadi disekitar kita akan dihayati sebagai suatu stress berdasarkan arti atau
interprestasi yang kita berikan terhadap peristiwa tersebut, dan bukan karena
peristiwa itu sendiri.Karenanya dikatakan bahwa stress adalah suatu persepsi
dari ancaman atau dari suatu bayangan akan adanya ketidaksenangan yang
menggerakkan, menyiagakan atau mambuat aktif organisme.
Sedangkan menurut Handoko (1997), stress adalah suatu
kondisi ketegangan yang mempengaruhi emosi, proses berpikir dan kondisi
seseorang. Stress yang terlalu besar dapat mengancam kemampuan seseorang untuk
menghadapi lingkungannya.
Stress menurut Hans Selye 1976 merupakan respon tubuh yang
bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan atau beban atasnya.
Berdasarkan pengertian tersebut dapat dikatakan stress apabila seseorang
mengalami beban atau tugas yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat
mengatasi tugas yang dibebankan itu, maka tubuh akan berespon dengan tidak
mampu terhadap tugas tersebut, sehingga orang tersebut dapat mengalami stress.
Respons atau tindakan ini termasuk respons fisiologis dan psikologis.
Dengan bahasa latin, Hans Selye,M.D. menjelaskan tahapan
stress ini dan menyebutkan sebagai The General Adaptation Syndrome (GAS),
menurut Selye GAS juga terdiri dari 3 tahap :
1. Reaksi terkejut (alarm reaction) ketika tubuh mulai
mendeteksi stimulus dari luar.
2. Adaptasi (adaptation) ketika mengeluarkan perangkat
pertahanan melawan sumber stress (stressor).
3. Kelelahan (exhaustion) ketika tubuh mulai kehabisan daya
pertahanannya.
B. Efek-Efek Stress
Stress dapat menyebabkan perasaan negatif atau yang
berlawanan dengan apa yang diinginkan atau mengancam kesejahteraan emosional.
Stress dapat menggangu cara seseorang dalam menyerap realitas, menyelesaikan
masalah, berfikir secara umum dan hubungan seseorang dan rasa memiliki.
Terjadinya stress dapat disebabkan oleh sesuatu yang dinamakan
stressor,stressor ialah stimuli yang mengawali atau mencetuskan perubahan.
Stressor secara umum dapat diklasifikasikan sebagai stressor internal atau
eksternal.Stressor internal berasal dari dalam diri seseorang (mis. Kondisi
sakit,menopause, dll ). Stressor eksternal berasal dari luar diri seseorang
atau lingkuangan (mis. Kematian anggota keluarga, masalah di tempat kerja, dll
).
C. Faktor-Faktor Penyebab Stress
Faktor-faktor dalam kehidupan manusia yang mengakibatkan
terjadinya respon stres. Stressor dapat berasal dari berbagai sumber, baik dari
kondisi fisik, psikologis, maupun sosial dan juga muncul pada situasi kerja,
dirumah, dalam kehidupan sosial, dan lingkungan luar lainnya. Istilah stressor
Universitas Sumatera Utara diperkenalkan pertama kali oleh Selye (dalam Rice,
2002). Menurut Lazarus & Folkman (1986) stressor dapat berwujud atau
berbentuk fisik (seperti polusi udara) dan dapat juga berkaitan dengan lingkungan
sosial (seperti interaksi sosial). Pikiran dan perasaan individu sendiri yang
dianggap sebagai suatu ancaman baik yang nyata maupun imajinasi dapat juga
menjadi stressor.
D. Tipe - Tipe Stress
1. Tekanan : hasil hubungan antara peristiwa-peristiwa
persekitaran dengan individu. Paras tekanan yang dihasilkan akan bergantung
kepada sumber tekanan dan cara individu tersebut bertindak balas. Tekanan
mental adalah sebagian daripada kehidupan harian. Ia merujuk kepada kaedah yang
menyebabkan ketenangan individu terasa di ancam oleh peristiwa persekitaran dan
menyebabkan individu tersebut bertindak balas. Anda boleh mengalami tekanan
ketika di tempat kerja, menyesuaikan diri dengan persekitaran baru, atau
melalui hubungan sosial. Tekanan mental yang sederhana boleh menjadi pendorong
kepada satu-satu tindakan dan pencapaian tetapi kalau tekanan mental anda itu
terlalu tinggi, ia boleh menimbulkan masalah sosial dan seterusnya menggangu
kesehatan anda.
2. Frustasi : adalah suatu harapan yang diinginkan dan
kenyataan yang terjadi tidak sesuai dengan yang diharapkan.
3. Konflik : Berasal dari kata kerja latin configere yang
berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu
proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah
satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau
membuatnya tidak berdaya.
4. Kecemasan : Banyak pengertian/definisi yang dirumuskan
oleh para ahli dalam merumuskan pengertian tentang kecemasan.
E. Pengalaman Stress
Stress dapat datang dari segi mana saja dalam kehidupan
kita. Ketika kita mengalami stress pastikan ada orang-orang disekitar kita yang
siap membantu kita melepaskan efek negatif dari stress tersebut.
Daftar Pustaka
Christian,M. 2005. Jinakkan stress. Bandung: Nexx Media
Smet,Bart. 1994. Psikologi kesehatan. Jakarta:Gramedia
Schultz, D. 1991. Psikologi Pertumbuhan. Yogyakarta: KANISUS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar