Minggu, 09 Oktober 2016

Konflik

Definisi Konflik
Konflik berasal dari kata configere (latin) yang berarti memukul. Secara sosiologis, definisi konflik adalah suatu proses sosial antara dua orang atau lebih yang saling berusaha untuk menyingkirkan satu sama lain.
Soerjono Soekanto memberikan pendapatnya tentang definisi konflik berdasarkan tujuan. Menurut Soerjono Soekanto, definisi konflik adalah pertentangan untuk berusaha memenuhi tujuan dengan cara menentang pihak lawan. Sesuai dengan definisi konflik oleh Soekanto, Lewis A.Coser dalam buku The function of Social conflict, definisi konflik adalah perjuangan nilai atau tuntutan atas status. Kemudian ditambahkan dalam definisi konflik bahwa konflik bagian dari masyarakat yang akan selalu ada, sehingga apabila ada masyarakat maka akan muncul konflik.
Littlejohn dan Domenici (2007) membagi 3 definisi konflik yaitu: (1) defnisi konflik sebagai pertentangan dalam perebutan tujuan (conflict in the struggle for goals) (2) definisi konflik sebagai sebuah antagonism dan (3) definisi konflik sebagai oposisi sosial (conflict as social opposition).
Melihat dari sudut pandang politik saja, definisi dari konflik akan mengarah ke sesuatu yang penuh dengan antogonisme atau pertentangan.  Menurut Maurice Duverger, konflik dan integrasi saling melengkapi satu sama lain.
Menurut An. Ubaedy, berdasarkan teori konflik, terdapat dua macam definisi konflik yaitu definisi fisik dan non-fisik konflik seperti emosi, pemikiran, perasaan dan lainnya yang tidak bersifat fisik. Dalam kamus Merriam Webster dan Advance, definisi konflik adalah perlawanan mental (mental struggle) akibat adanya kebutuhan (needs), dorongan, keinginan ataupun tuntutan (demands) yang berlawanan (opposite). Konflik sering didefinisikan sebagai tindakan perlawanan karena ketidakcocokan/ketidakserasian; berkelahi,baku-hantam ataupun berperang (war).
Realitanya sekarang ini, konflik seringkali dihubungkan dengan kerusuhan, terorisme, revolusi dan kekerasan. Tidak bisa dipungkiri bahwa konflik mengandung definisi “benturan” seperti perbedaan pendapat, persaingan, serta pertentangan antara individu dengan individu, individu dengan kelompok dan antara kelompok, bahkan terjadi antara pemerintah dengan individu/kelompok (Ramlan Subakti, 1992).
Coser (1956) mengemukakan bahwa definisi konflik melalui bidang ilmu sosiologis bahwa konflik sebagai kesadaran yang tercermin dalam semangat pembaruan masyarakat. Ditambahkan olehnya bahwa konflik berasal dari adanya kekecewaan terhadap tuntutan-tuntuan khusus yang terjadi dalam hubungan dan dari perkiraan kemungkinan keuntungan para partisipan dan ditujukan pada objek yang mengecewakan.




Jenis-Jenis Konflik
Konflik banyak jenisnya dan dapat dikelompokkan berdasarkan berbagai kriteria. Sebagai contoh, konflik dapat dikelompokkan berdasarkan latar terjadinya konflik, pihak yang terkait dalam konflik, dan substansi konflik.
  1. Jenis-Jenis Konflik Berdasarkan Pihak Yang Terlibat Di Dalamnya 
·         Konflik dalam diri individu (conflik within the individual), adalah konflik yang terjadi karena memilih tujuan yang saling bertentangan, atau karena tuntutan tugas yang terlampau banyak untuk di tinggalkan. 
·         Konflik antar-individu (conflik among individual), adalah konflik yang terjadi karena adanya perbedaan kepribadian antara individu yang satu dengan individu yang lainnya.  
·         Konflik antar individu dan kelompok (conflik among individual and groups),  adalah konflik yang terjadi karena terdapat individu yang gagal beradaptasi dengan norma-norma kelompok dimana tempat ia bekerja. 
·         Konflik antar kelompok dalam organisasi yang sama (conflik among groups in the same organization) adalah konflik yang terjadi karena setiap kelompok memiliki tujuan tersendiri dan berbeda yang ingin di capai. 
·         Konflik antar organisasi (conflik among organization), adalah konflik yang terjadi karena tindakan yang dilakukan oleh anggota organisasi yang menimbulkan dampak negatif bagi anggota organisasi lain.   
·         Konflik antar individu dalam organisasi yang berbeda (conflik among individual in different organization),  adalah konflik yang terjadi karena sikap atau perilaku anggota organisasi yang berdampak negatif anggota organisasi lain. 
  1. Jenis-jenis Konflik Berdasarkan Fungsinya 
·         Konflik konstruktif, adalah konflik yang mempunyai nilai positif kepada pengembangan organisasi. 
·         Konflik destruktif, adalah konflik yang memiliki dampak negatif kepada pengembangan organisasi. 
  1. Jenis-jenis Konflik Berdasarkan Posisi Seseorang dalam Struktur Organisasi
·         Konflik vertikal, adalah konflik yang terjadi antara karyawan yang memiliki jabatan yang tidak sama dengan dalam organisasi.  
·         Konflik horizontal, adalah konflik yang terjadi karena memiliki kedudukan/jabatan yang sama atau setingkat dalam organisasi. 
·         Konflik garis staf, adalah konflik yang terjadi karyawan yang memegang posisi komando, dengan pejabat staf sebagai penasehat dalam organisasi. 
·         Konflik peran,  adalah konflik yang terjadi karena individu memiliki peran yang lebih dari satu. 
  1. Jenis-jenis Konflik Berdasarkan Dampak Yang Timbul 
·         Konflik fungsional, adalah konflik yang memberikan manfaat atau keuntungan bagi organisasi yang dapat dikelola dan dikendalikan dengan baik. 
·         Konflik Infungsional, adalah konflik yang dampaknya merugikan orang lain. 
  1. Jenis-jenis Konflik Berdasarkan Sumber Konflik 
·         Konflik tujuan, adalah konflik yang terjadi karena adanya perbedaan individu, organisasi atau kelompok yang memunculkan konflik
·         Konflik peranan, adalah konflik yang terjadi karena terdapat peran yang lebih dari satu. 
·         Konflik nilai, adalah konflik yang terjadi karena adanya perbedaan nilai yang dianut oleh seseorang berbeda dengan nilai yang dianut oleh organisasi atau kelompok. 
·         Konflik kebijakan, adalah konflik yang terjadi karena individu atau kelompok tidak sependapat dengan kebijakan yang diambil oleh organisasi. 
  1. Jenis-jenis Konflik Berdasarkan Bentuknya
·         Konflik realistis, adalah konflik yang terjadi karena kekecewaan individu atau kelompok atas tuntutannya. 
·         Konflik nonrealistif, adalah konflik yang terjadi karena kebutuhan yang meredakan ketegangan. 
  1. Jenis-jenis Konflik Berdasarkan Tempat Terjadinya 
·         Konflik in-group, adalah konflik yang terjadi dalam kelompok atau masyarakat sendiri
·         Konflik out-group, adalah konflik yang terjadi antara suatu kelompok atau masyarakat dengan suatu kelompok atau masyarakat lain.

  1.  Konflik Berdasarkan Pendapat Dahrendorf
·         Konflik antara atau dalam peran sosial, seperti antara peran seseorang dalam keluarga dan peran dalam pekerjaan (profesi). 
·         Konflik antara kelompok-kelompok sosial,  
·         Konflik antara kelompok yang terorgansiasi dengan kelompok yang tidak terorganisasi,  
·         Konflik antara satuan nasional, seperti konflik antara KPK dan Porli dalam menangani kasus tertentu. 
·         Konflik antarnegara atau antara negara dan organisasi internasional, 

Proses Terjadinya Konflik
Menurut Pondi, Proses terjadinya konflik sebagai berikut.
  1. Konflik Laten (Latent Conflict)
Konflik Laten merupakan tahap dari munculnya faktor-faktor penyebab konflik dalam organisasi. Bentuk-bentuk dasar dari situasi ini ialah persaingan untuk memperebutkan sumberdaya yang terbatas, konflik peran, persaingan perebutan posisi di dalam organisasi.
  1. Konflik Yang Dipersepsikan (Perceived Conflict)
Pada tahap ini salah satu pihak memandang pihak lain sebagai penghambat atau mengancam pencapaian tujuannya.
  1. Konflik Yang Dimanifestasikan (Manifest Conflict)
Pada tahap ini perilaku tertentu sebagai indikator konflik sudah mulai ditunjukkan, seperti adanya sabotase, agresi terbuka, konfrontasi, rendahnya kinerja dan lain sebagainya.
  1. Resolusi Konflik (Conflict Resolution)
Pada tahap ini konflik yang terjadi diselesaikan dengan berbagai macam cara dan pendekatan.


  1. Konflik Aftermath
Jika konflik sudah benar-benar diselesaikan maka hal itu akan meningkatkan hubungan para anggota organisasi. Hanya saja jika penyelesaian konflik tidak tepat, maka akan dapat menimbulkan konflik yang baru.
Menurut Smith, Proses terjadinya konflik sebagai berikut :
1.  Tahap Antisipasi, yaitu merasakan munculnya gejala perubahan yang mencurigakan.
2.  Tahap Menyadari, yaitu perbedaan mulai dieksepsikan dalam bentuk suasana yang
     tidak mengenakkan.
3.  Tahap pembicaraan, yaitu pendapat-pendapat berbeda mulai bermunculan.
4.  Tahap Perdebatan Terbuka, yaitu perbedaan pendapat mulai ditunjukkan dengan nyata
     dan terbuka.
5.  Tahap Konflik Terbuka, yaitu masing-masing pihak berusaha memaksakan   
      kehendaknya kepada pihak lain.

Terjadinya Konflik Dalam Organisasi
Konflik dalam organisasi tidak akan dapat dihindarkan. Konflik akan selalu ada dalam setiap kehidupan, baik itu berupa konflik pribadi dan kelompok. Konflik memang menjadi suatu masalah yang perlu dan selalu dicari problem solving demi menjaga kehormonisan dalam suatu kelompok organisasi, sehingga tujuan dari organisasi bisa tercapai.
Banyak pendapat ahli mengenai pengertian dari konflik. Pandangan antara ahli yang satu dengan lainnya pasti berbeda. Tergantung dari mana ahli tersebut memandangnya. Menurut P.W. Cummings (1980) mendefinisikan konflik sebagai suatu proses interaksi sosial dimana dua orang atau lebih, atau dua kelompok atau lebih, berbeda atau bertentangan dalam pendapat tujuan mereka. Sedangkan menurut Alisjahbana, konflik adalah perbedaan pendapat atau pandangan diantara kelompok-kelompok masyarakat yang akan mencapai nilai yang sama.
Dari pengertian di atas, maka yang dimaksud dengan konflik organisasi menurut Walton R.E. (1987:2) adalah perdedaan idea tau inisiatif antara bawahan dengan bawahan, manajer dengan manajer dalam mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan (coordinated activities). Pengertian yang lebih lengkap dijelaksan oleh Stoner dan Wankel (1986) bahwa konflik organisasi adalah ketidaksesuaian antara dua orang anggota organisasi atau lebih yang timbul karena fakta bahwa mereka harus berbagi dalam hal mendapatkan sumber-sumber daya yang terbatas, atau aktivitas-aktivitas pekerjaan dan atau karena fakta bahwa mereka memiliki status, tujuan, nilai-nilai atau persepsi yang bebeda.
Jadi dari beberapa pendapat ahli di atas, maka ciri-ciri organisasi yang sedang mengalami konflik adalah sebagai berikut:
1.  Terdapat perbedaan pendapat atau pertentangan antara individu atau kelompok.
2. Terdapat perselisihan dalam mencapai tujuan yang disebabkan adanya perbedaan
     Persepsi dalam menafsirkan program organisasi.
3.  Terdapat pertentangan norma dan nilai-nilai individu maupun kelompok.
4.  Adanya sikap dan perilaku saling meniadakan, menghalangi pihak lain untuk
memperoleh kemenangan dalam memperebutkan sumber daya organisasi yang   terbatas.
5.  Adanya perdebatan dan pertentangan sebagai akibat menculnya kreativitas, inisiatif
     atau gagasan bar dalam mencapai tujuan organisasi.

Bisa disimpulkan bahwa, proses terjadinya konflik itu sebenarnya tidak terjadi secara mendadak atau tiba-tiba, tetapi melalui suatu tahapan-tahapan tertentu. Hendricks W. (1992) mengindentifikasi proses terjadinya konflik terdiri dari tiga tahap, yaitu peristiwa sehari-hari, adanya tantangan dan timbulnya pertentangan. Sedangkan menurut A.M. Hardjana (1994) menyebutkan bahwa lingkaran konflik terdiri dari hal-hal sebagai berikut: (1) kondisi yang mendahului, (2) kemungkinan konflik yang dilihat, (3) konflik yang dirasa, (4) perilaku yang Nampak, (5) keonflik ditekan atau dikelola, (6) dampak konflik.
Dengan demikian, maka proses dari konflik itu bisa diidentifikasi untuk dicari penyelesaiannya atau malah bisa memperbesar konflik yang ada, sesuai dengan kepentingan dari pihak yang berkonflik. Itulah yang dimaksud oleh George F. Terry (1986) yang menyatakan bahwa konflik itu pada umumnya mengikuti pola yang teratur yang ditandai dengan timbulnya suatu krisis, selanjutnya terjadi kesalahpahaman antar individu maupun kelompok dan konfrontasi menjadi pusat perhatian, pada tahap berikutnya krisis dialihkan untuk diarahkan dan dikelola.
Dari proses terjadinya konflik, maka konflik  memiliki sifat yang dinamis, bukan statis. Lebih jelasnya, Tosi (1990:519) menggambukan beberapa model proses konflik dari Pondy, Filley, Hickson dan Thomas menjadi lima, yaitu:


  1. Antecedent Conditions
Antecedent Conditions merupakan kondisi yang menyebabkan atau mendahului suatu   peristiwa. Peristiwa yang dapat mengawali terjadinya konflik adalah adanya kekecewaan (frustration).
  1. Perceived Conflict
Tahap ini adalah antara kedua belah pihak sudah merasakan adanya konflik. Ini dapat dilihat dari adanya persaingan antara individu atau kelompok yang satu dengan yang lainnya.
  1. Manifested Conflict
Dalam tahap ini, antara pihak yang berkonflik sudah menampakkan peristiwa konflik. Bentuknya bisa berupa lisan, salaing mendiamkan, bertengkar dan berdebat.
  1. Conflict Resolution or Suppression
Tahap ini adalah tahap pengelolaan konflik. Pimpinan atau manajerlah yang memiliki tanggung jawab dalam hal ini.
  1. Aftermath
Aftermath maksudnya adalah dampak yang disebabkan oleh konflik.


Sumber :

  • Muin, Idianto. 2013. Sosiologi untuk SMA/MA Kelas X. Kelompok Peminatan Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta: Erlangga. Hal: 72-74. 
  • Maryati, Kun, dan Suryawati, Juju. 2006. Sosiologi untuk SMA dan MA Kelas X. Jakarta : Esis. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar